JURNALISTIK WARGA SEBAGAI MEDIA PENGURANGAN RISIKO BENCANA

Jurnalis: Suliyanto

SIDOARJO.GerakNusantara.id –Beberapa waktu yang lalu, bertempat di Halaman Puskesmas Medaeng, Kabupaten Sidoarjo, beberapa komunitas relawan mengadakan jagong bersama untuk mempererat tali silaturahmi sekaligus menambah wawasan.

Harapannya dapat membuat kegiatan bersama lintas komunitas untuk peningkatan kapasitas relawan, sesuai klaster yang diminati.

Pada kesempatan itu, Rusi Ahwati, dari Jamaah LC menginformasikan tentang pentingnya peran jurnalisme warga untuk mengedukasi masyarakat perihal kebencanaan untuk membangun kesiapsiagaan dan ketangguhan menghadapi potensi bencana yang ada di daerahnya.

Istilah jurnalisme warga di dapat Rusi saat mengikuti webinar dalam rangka peringatan bulan pengurangan risiko bencana tahun 2023 yang dipusatkan di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, dengan mengusung tema, Penguatan Kemandirian Daerah Menuju Resiliensi Berkelanjutan.

Rusi, mengutip ucapan Syofiardi bachyul, sebagai narasumber webinar, bahwa jurnalisme warga dapat dikatakan sebagai media dimana warga berpartisipasi melaporkan peristiwa di komunitasnya seperti layaknya wartawan.

Dengan kata lain, warga membuat laporan jurnalistik dan mempublikasikannya di media sosial untuk diketahui komunitasnya, dan dikelola sendiri tanpa mengharapkan keuntungan finansial.

“Tujuannya adalah mengedukasi warga terkait dengan upaya pengurangan risiko bencana secara mandiri sebagai bentuk ketangguhan warga,” Ujar Syofiardi, seorang trainer jurnalistik berpengalaman.

Dikatakan pula bahwa jurnalisme warga itu sebagai media untuk melaporkan kegiatan komunitas yang beragam, sebagai bentuk partisipasi warga dalam penyebaran informasi, yang sesuai dengan kebutuhan warga. Juga untuk pewarisan budaya lokal, melalui gerakan literasi, yang digaungkan oleh kemendikbud ristek.

Sementara, Suliyanto, yang tergabung dalam relawan bencana, emergency sosial (R-BES) Sidoarjo, mengatakan bahwa jurnalisme warga itu merupakan upaya sosialisasi program PRB secara mandiri. Baik berupa berita, feature, dan berita mendalam (indepth news), dengan memanfaatkan media sosiali yang dimiliki, berupa whatsapp, facebook, instagram dan sejenisnya.

“Untuk itulah, semua anggota komunitas yang pernah mengikuti pelatihan jurnalistik hendaknya dapat mengaplikasikan ilmunya ke dalam jurnalisme warga, bukan sekedar menjadi kolektor piagam pelatihan,” Katanya.

Dalam jagongan yang digelar secara berkala itu juga dijelaskan tentang syarat menjadi jurnalis warga. Diantaranya adalah Memiliki kepekaan terhadap peristiwa, memiliki keingintahuan yang tinggi, memiliki semangat berbagi informasi, memiliki peralatan penunjang dan memiliki kemampuan melaporkan.

Sementara, untuk bahan pemberitaannya dapat dari riset, pengamatan, wawancara, mengambil dari berita media lain, serta informasi dari orang yang melihat peristiwa/kejadian. Tinggal bagaimana memilih angle sesuai selera masing-masing jurnalis. Dalam teori jurnalistik, Angle adalah hal paling menarik yang diambil untuk dijadikan berita.

Diakhir acara jagongan, Bang Suli, panggilan akrab Suliyanto, berharap untuk jagongan berikutnya, masing-masing membawa contoh berita atau opini hasil karya sendiri sebagai upaya belajar menjadi jurnalis warga, siapa tahu layak dimuat dalam media online milik SRPB Jawa Timur, pungkasnya.