Latihan Kepemimpinan Bencana, BNPB Boyong 69 Kepala BPBD se-Indonesia ke Cianjur

Kepala Pusdiklat PB BNPB, Kheriawan saat memberikan pengarahan pada peserta diklat yang merupakan kepala BPBD se-Indonesia di ruang Garuda, Pendopo Kabupaten Cianjur pada Senin, 28 Oktober 2024.

 

CIANJUR,  Cianjur.jabarekspres.com – Seluruh kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) se-Indonesia mengikuti Senior Disaster Management Training atau Latihan Kepemimpinan Bencana yang diselenggarakan Pusat  Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana (Pusdiklat PB) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Kepala Pusdiklat PB BNPB, Kheriawan mengatakan, pihaknya memboyong para kepala BPBD itu ke Cianjur untuk belajar. Para peserta diklat melakukan sharing di ruang Garuda dan Bale Prayoga Pendopo Kabupaten Cianjur pada Senin, 28 Oktober 2024.

“Para pesertanya adalah 69 kepala BPBD kabupaten kota se-Indonesia. Mereka dilatih selama 10 di Pusdiklat BNPB, Bogor. Nah, di Cianjur mereka belajar proses penyelenggaraan penanganan darurat bencana secara langsung, baik kelebihan dan kekurangannya, mulai dari prabencana, tanggal darurat, dan pascabencana,” ungkap Kheriawan.

Kheriawan mengungkapkan, 69 kepala BPBD akan dibagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan 3 tahap manajemen bencana yang tiap kelompok berbeda fokus, berkaca pada penanganan bencana gempa bumi 5,6 magnitudo pada 21 November 2022 silam.

“Ada yang fokus pada upaya prabencana yang dilakukan Kabupaten Cianjur soal menyiapkan kesiapsiagaan masyarakat, regulasi, juga kapasitas. Lalu ada kelompok yang berfokus pada tanggap darurat bencana, mereka belajar soal respon cepat, pemenuhan kebutuhan, kaji cepat, juga penanganan pengungsi,” jelasnya.

“Kemudian ada juga kelompok yang fokus pada pascabencana yang mempelajari masa transisi, pembangunan rumah siap huni dalam upaya rehabilitasi dan rekonstruksi sesuai peraturan, pendanaan, hingga pertanggungjawaban pada masa pascabencana,” imbuhnya.

Disebutkan, alasan Pusdiklat PB BNPB memilih Cianjur karena dianggap sebagai miniatur dari proses penyelenggaraan tanggap darurat yang cepat.

“Selain itu, Cianjur dekat dengan kantor Pusdiklat di Bogor. Setelah hari ini, kita akan mengunjungi daerah lain yang juga pernah melaksanakan tanggap darurat bencana lainnya,” ungkap Kheriawan.

Terpisah, Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi (RR) BPBD Kabupaten Cianjur, Nurzein mengatakan, selain sharing di Pendopo, para peserta diklat juga menyambangi hunian tetap (huntap) relokasi Bumi Sirnagalih Damai (BSD) yang ada di Desa Sirnagalih, Kecamatan Cilaku.

“Tujuannya untuk melihat langsung rumah tahan gempa (RTG) yang dibangun Kementerian PUPR di sana,” ungkap Nurzein.

Selain itu, peserta diklat juga belajar mengenai proses pemulihan ekonomi yang dijalani para penghuni rumah relokasi mulai dari awal kepindahan hingga saat ini.

“Karena saat pemerintah memindahkan mereka dari zona merah ke rumah relokasi, bukan hanya fisiknya saja yang berpindah, tapi juga kehidupannya,” kata dia.

Selain itu, lanjut Nurzein, para peserta diklat juga mempelajari soal tata cara penyaluran bantuan stimulan pembangunan rumah rusak akibat bencana. Mulai dari pengajuan ke Kementerian Keuangan melalui BNPB, petunjuk teknis (juknis) pembangunan rumah, hingga pertanggungjawaban ke Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

“Apalagi juknis yang sudah direvisi 6 kali selama penyaluran dana bantuan stimulan. Selain itu kita dianggap sebagai daerah yang paling cepat untuk penyaluran dana bantuan. Kalau daerah lain butuh 2 sampai 3 tahun untuk pencairan, di Cianjur saat ini sudah masuk bantuan tahap 4 dengan waktu kurang dari 2 tahun,” jelasnya.

Dia menjelaskan, Cianjur hanya butuh waktu 2 pekan untuk penyaluran bantuan stimulan tahap 1 dan 2. Tahap ke 3 hanya dalam waktu 4 bulan dan terakhir tahap 4 kurang dari 2 tahun.

“Selama ini mulai dari tahap 1 hingga 4 kita sudah salurkan bantuan pada sekitar 98 ribu warga terdampak dengan anggaran kurang lebih Rp2,6 triliun. BPK pusat dan perwakilan pun sudah lakukan 8 kali melakukan audit dan tidak ada temuan,” tandasnya.