Warga Resah Kebunnya Rusak, Sungai Ditimbun Kades Tak Tahu

NATUNA – Warga Kampung Setedung, Desa Kelanga, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna akhirnya angkat bicara setelah sekian lama merasa terusik oleh luapan air Sungai Setedung akibat muara sungai tertutup oleh kegiatan reklamasi dan pasir alam.

Sebagaimana disampaikan Bujang Pani, tokoh masyarakat setempat yang juga ikut merasa resah karena tak lagi dapat bercocok tanam di daerah dataran rendah akibat luapan air Sungai Setedung yang semakin menjadi-jadi.

“Kalau air sungai itu tidak lancar, pohon getah terdampak banjir, makanya dulu kami membuat parit di kebun, airnya mengalir ke sungai itu, sekarang sungai tersumbat airnya mengalir sampai ke kebun ubi, semunya habis mati,” ungkap Bujang Pani warga RT 006 RW 003 Setedung, dikediamannya Rabu, 02 Februari 2022.

Bujang Pani, tokoh masyarakat setempat yang juga ikut merasa terusik karena kebunnya rusak oleh luapan air sungai poto bersama wartawan koranperbatasan.com ini dikediamnnya, Selasa 02 Februari 2022.

Menurut Bujang Pani, sebelum terjadi luapan dasyat, hasil panen khususnya ubi di kebunnya saja bisa mencapai 100-200 kilo. Sayangnya 3 tahun belakangan ini (2019-2022) sejak muara sungai tidak diperbolehkan di jebol, kebunnya berubah menjadi daratan berair, sehingga sulit untuk bisa bercocok tanam.

“Karena tahun 2021 ada larangan dari pihak yang di laut, katanya tidak boleh di bobol lagi. Dia tanya saya, bapak bobol sungai? Saya jawab iya, kebun kami tidak tahan banjir. Orang itu bilang roboh beton saya ini! Saya bilang, saya ini pak haji bukan anak kecil, saya sudah besar, saya tahu beton pak haji tak akan roboh. Itulah beliau marah, mau rusakkan beton beliau,” kata Bujang Pani menceritakan yang terjadi.

Dari ceritanya, Bujang Pani mengaku menemuai yang bersangkutan (orang yang disebutnya pak haji-red) tidak sendiri, tetapi bersama beberapa warga yang merasa kebunnya terdampak luapan air sungai.

“Saya bilang bukan mau merusak, tetapi kami mau menurunkan air yang tergenang, makanya muara sungai harus di bobol agar airnya bisa mengalir. Terus saya bilang ke beliau kecuali sudah bapak beli sungai ini. Nah, itulah beliau marah, waktu itu ramai bersama warga,” urainya.

Katanya dulu muara Sungai Setedung besar dan lebar, bila tersumbat akan di bobol oleh warga. Meski kebun sempat banjir, tetapi tidak terlalu lama, karenanya bersama 20 orang warga sepakat membuat parit sedalam 1 meter agar air mengalir deras ke sungai tersebut.

“Sekarang sungai tersumbat, makanya air di parit yang kami buat tidak bisa mengalir. Selain jarang panen, jalan menuju ke kebun juga tergenang air bahkan berlumpur, pembeli tidak sanggup melintas,” jelasnya.

Muara Sungai Setedung yang tertutup oleh kegiatan reklamasi dan pasir alam dan tidak boleh lagi di jebol.

Bujang Pani membenarkan bahwa sungai tersebut telah di timbun, hanya saja ia tidak tahu persis kapan penimbunan mulai dilakukan.

“Setelah saya di tegur saya tidak datang lagi, setelah itu beliau nimbun sungai itu sampai kecil. Harapan masyarakat bisa membuka kembali sungai yang tersumbat, kalau sungai itu tidak meluap, berarti masyarakat aman dan bisa kembali berkebun,” imbuhnya.

Menurutnya, saat penimbunan dilakukan tidak ada warga yang berani menegur, bahkan orang-orang disekitar tidak seberapa memperhatikan penimbunan tersebut. Warga sempat terkejut ketika mengetahui sungai mulai mengecil akibat timbunan.

“Beliau tidak ada bilang mau nimbun sungai itu, apa lagi orang disini subuh-subuh sudah pergi potong getah, jadi kurang memperhatikan aktifitas beliau di sungai itu. Selain potong getah, kami berkebun ubi, menanam jagung dan lain-lainnya. Karena luapan air tak hilang-hilang warga tidak bisa menanam lagi,” tuturnya.

Ketua RT 006 RW 003 Setedung, Khaidir ketika diminta keterangan, Rabu, 02 Februari 2022 dikediamnnya membenarkan yang terjadi, hanya saja saat warga hendak melakukan pembobolan muara sungai dirinya tidak ikut serta.

“Jadi masaalahnya sungai tersumbat, nanti kami bersama masyarakat akan bergotong royong membobol yang tersumbat itu. Kalau dari Pemda mau ikut membantu tidak masalah, masyarakat kita siap mendukung. Mari sama-sama kita gotong royong, baik membobolkan muara sungai tersumbat maupun membersihkan sungainya,” tegas Khaidir.

Ketua RT 006 RW 003 Setedung, Khaidir dan wartawan koranperbatasan.com poto bersama usai memberikan keterangan terkait yang terjadi, dikediamannya, Selasa, 02 Februari 2022.

Khaidir juga membenarkan telah menerima laporan dari warganya untuk bersama membobol muara sungai yang tersumbat. Namun dirinya masih mencari waktu yang tepat untuk dapat melakukannya.

“Iya warga disini banyak petani, Pak Gafar ada lapor, mau bobol sungai, saya bilang belum sempat, bila saatnya kita pergi sama-sama. Masalah larangan waktu itu saya tidak pergi, memang warga ada bilang,” ujarnya.

Tapi lanjut Khaidir jika warga ingin membobol tidak ada yang boleh melarangnya karena itu adalah sungai. Apa lagi tersumbat berdampak pada kebun warga, bukan warga ganggu tanah yang bersangkutan.

“Sungai itukan hak negara, bukan hak beliau. Sebenarnya tidak ada tanah di situ, memang beliau yang membuat timbunan di situ. Rencana memang sudah ada mau bobolkan lagi, cuma saat ini kami lagi sibuk persiapan menjelang hajatan pernikahan anak, tapi mau cepat bobol tidak masalah juga. Saya sehari-hari berkebun, kena juga kebun saya,” cetusnya.

Khaidir memastikan, seseorang yang telah melakukan penimbunan dan melarang warga membobol muara sungai tidak berdomisili di Setedung, hanya saja lokasi tempat piknik yang dikelola oleh seseorang tersebut masuk wilayah RT-nya.

“Bukan warga saya, beliau Maridan orang Ranai, cuma lokasi RT sini. Beliau mau melarang kami kerja, kami tidak peduli. Pokoknya air sungai kami tetap harus mengalir, karena kebun kami sudah habis. Nanti saya koordinasikan dulu ke Pak RW,” pungkasnya.

Salah satu warga Setedung memperlihatkan akses jalan menuju perkebunan yang tergenang air berlumpur kepada wartawan koranperbatasan.com, Selasa, 02 Februari 2022.

Asmuri, Kepala Desa Kelanga, Kecamatan Bunguran Timur Laut, yang berhasil ditemui koranperbatasan.com Rabu, 02 Februari 2022 di kantornya mengaku tidak tahu. Karena pihak yang melakukan reklamasi tidak pernah memberitahu ke pemerintah desa setempat.

“Saya memang tidak tahu sama sekali. Bukan saya menutupi masalah ini, tidak! Memang saya pun kurang paham, jika ada kepentingan individu, mungkin akan berhadapan dengan saya. Apa lagi menyangkut keluhan orang ramai, karena di darat sana perkebunan semua, cocok tanam masyarakat, tentu harus cepat saya atasi,” sebutnya.

Sebagai Kades Kelanga, Asmuri mengaku baru mengatahui yang terjadi ketika koranperbatasan.com menanyakan hal tersebut kepada dirinya.

“Memang hari ini lah baru saya tahu, itupun lewat media. Kalau dari RT dan RW baik masyarakat memang tidak pernah menyampaikan keluhan itu kepada desa. Jadi nanti pertama kita akan pergi ngecek dulu, apakah memang ada unsur kesengajaan dari yang bersangkutan,” terangnya.

Kata Asmuri, pemerintah desa akan memberikan teguran kepada yang bersangkutan jika ditemukan unsur kesengajaan. Bahkan tidak segan-segan memberikan tindakan tegas, karena muara sungai tersebut memang tidak boleh di timbun.

“Dan yang kedua, kemungkinan kita akan menindaklanjuti masaalah pembersihan. Karena sudah ada dampak, sudah ada berita-berita seperti ini, tetap kita tindaklanjut sesuai dengan bidang masing-masing, akan kita sampaikan ke dinas-dinas terkait bahkan kepada dewan,” tegasnya.

Asmuri, Kepala Desa Kelanga, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna, di ruang dinasnya, Selasa 02 Februari 2022.

Kepada koranperbatasan.com, Asmuri memastikan secepatnya akan melakukan survey lokasi.

“Kalau memang ada waktu hari ini kita mau turun, dan saya pun sudah siap-siap juga. Cuma dusun wilayah itu masih ada pekerjaan, mungkin besok kita langsung turun ke lokasi. Saya minta juga ke Pak Dusun tadi konfirmasi sama Pak RT dan Pak RW yang bersangkutan, kita akan turun bersama-sama,” pungkasnya.

Terpisah, H. Maridan nama yang disebut-sebut Khaidir selaku Ketua RT 006 RW 003 Setedung, ketika dihubungi melalui telepon selulur sempat menerima panggilan koranperbatasan.com, sayangnya ia mengaku sedang sibuk dan belum dapat memberikan penjelasan terkait yang terjadi.

“Nanti ya pak! saya lagi ada kegiatan,” katanya singkat.

Satu hari sebelumya Abdul Gafar warga RT 006 RW 003 Setedung, Desa Kelanga, Kecamatan Bunguran Timur Laut, kepada koranperbatasan.com memastikan luapan air sungai telah berhasil merusak bahkan membunuh aneka tanaman perkebunan milik warga setempat yang berada di dataran rendah.

“Masyarakat disini memang sudah banyak mengeluh karena lumpur dan airnya sudah terlalu dalam. Tanaman ubi yang berada di daerah dataran rendah sekarang ini sudah tidak bisa di panen lagi, selain busuk juga banyak mati,” kata Gafar melalui telepon seluler, Selasa, 01 Februari 2022.

Rekalmasi bagian muara Sungai Setedung yang terus berlanjut, dan Kedas mengaku tidak tahu.

Diceritakan Gafar, luapan air terjadi karena dari arah sebelah laut tertup, sementara pada bagian kedalaman air yang berada dibagian depan telah diadakan penimbunan oleh seseorang, alhasil membuat sungai tersebut semakin mengecil dan airnya meluap.

“Nah, hantaran pasir yang dibawa dari laut oleh gelombang air laut semakin banyak dan membuat sungai itu tertutup,” ujarnya.

Menurut Gafar, setiap musim utara muara sungai akan tertutup oleh pasir pantai yang dibawa gelombang air laut. Biasanya setiap muara tertutup warga melakukan penjebolan kembali agar air tidak meluap.

“Cuma tahun kemarin ketika hendak di jebol kembali tidak dizinkan oleh pihak yang berada di bagian depan,” terangnya.

Mewakili warga setempat, Gafar berharap bagian yang tertutup diperbolehkan kembali untuk di jebol. Selain agar air sungai bisa kembali ke laut juga agar warga bisa kembali bercocok tanam.

“Tahun kemarin dari orang kampung sini yang hendak menjebol itu kenak teguran oleh orang sebelah laut yang memiliki sejenis villa tempat orang-orang piknik. Tempat itu sudah hampir tiga tahun beroperasi,” pungkasnya.

Pohon getah milik warga Setedung yang terlihat hampir mati katanya akibat luapan air sungai tak berkesudahan.

Karena sudah pernah mendapat teguran, lanjut Gafar warga pun tidak berani menjebol muara sungai tersebut. Akibatnya air sungai meluap dan lari ke kebun-kebun milik warga.

“Jarak dari laut ke sungai ini sekitar 1 kilo dan sungai itu buntu. Jadi sudah saya sampaikan kepada RT dan RW dan saya juga sudah sampaikan kepada Kepala BPBD Natuna,” tutur Gafar.

Atas laporannya itu, Gafar menyebutkan Kepala BPBD Natuna, telah menurunkan tim untuk melakukan survey lokasi dan berjanji akan membantu mengatasi persoalan yang terjadi.

“Dari BPBD Natuna hari ini sudah berkunjung menyaksikan langsung apa yang terjadi dan meminta waktu untuk berembuk. Tanggapannya akan diusahakan, karena BPBD baru saja terbentuk dan akan bekerjasama dengan dinas terkait,” jelas Gafar.

Terpisah Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Natuna, Raja Darmika, S.T, M.A.P membenarkan yang terjadi. Ia bahkan telah mengarahkan bagian pencegahan untuk segera membuat agenda kerja.

“Kita cobe agendakan goro dengan melibatkan pasukan biru Perkim, untuk kegiatan upaya pencegahan banjir di muara Sungai Setedung,” katanya singkat. (KP).

Sumber : https://koranperbatasan.com/hukum/baca/41108/warga-resah-kebunnya-rusak-sungai-ditimbun-kades-tak-tahu.html

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *