WASPADA !!! Titik Rawan dan Potensi Bencana Menghadapi Musim Utara

Radio Republik Ranai (RRI) dalam Dialog Kentongan terkait Titik Rawan dan Potensi Bencana Menghadapi Musim Utara. (Foto: Rudi/BPBD Kab.Natuna)

Jumat, 20/10/2023 – 08.00-09.00 WIB

Radio Republik Indonesia (RRI) Ranai mengadakan “Diskusi Kentongan” terkait Titik Rawan dan Potensi Bencana dalam Menghadapi Musim Utara di Kabupaten Natuna.

Dalam kegiatan tersebut dilibatkan Zulheppy sebagai Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Natuna serta Harmidi sebagai Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Natuna di RRI Ranai, Sepempang.

“Pada dasarnya sudah memiliki pemetaan titik rawan bencana dari BNPB, yang melatarbelakangi hal tersebut adanya musibah tanah longsor di Pulau Serasan. Untuk Bunguran Besar ketika memasuki musim utara cenderung mengalami abrasi pantai, gelombang tingg.  Khusus Bunguran Besar terdapat 2 titik Kecamatan yang rawan abrasi yaitu Bunguran Selatan (Batu Bayan) dan Bunguran Timur Laut. Antisipasi abrasi pantai dapat meminta bantuan kepada BWSS IV untuk membentuk bantuan berupa bronjong kawat baja diisi dengan pasir yang berfungsi sebagai penahan ombak. BPBD sendiri sudah memperoleh bantuan bronjong besi sekitar ± 1000 lipatan namun belum dapat dilakukan pemasangan akhir tahun ini, karena terhambat oleh anggaran untuk pemasangannya. Selain abrasi Pantai rawan bencana yang terjadi di wilayah Kabupaten Natuna yaitu potensi angin kencang yang hampir terjadi di seluruh wilayah Natuna. Untuk bencana yang tidak pernah terlepas di Kabupaten Natuna yaitu banjir, dan yang memiliki potensi besar terjadi di wilayah Batu Hitam dan Ceruk” kata Zulheppy.

BPBD dalam hal ini sebagai dinas yang menaungi penanggulangan bencana selalu siap dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pencegahan mitigasi dan edukasi informasi terhadap masyarakat terkait menghadapi potensi titik rawan bencana dan pencegahan kemungkinan terjadinya bencana. Namun hal ini perlu didukung oleh beberapa dinas terkait seperti Dinas Lingkungan Hidup.

Dinas Lingkungan Hidup melakukan pencegahan dari hal yang mendasar seperti upaya penanaman pohon dalam menahan kekuatan tanah agar tidak mudah longsor saat terjadi pergerakan tanah.

Harmidi dalam Diskusi Kentongan mengungkapkan bahwa Dinas Lingkungan Hidup telah melakukan upaya untuk memperkuat tanah dengan menaman pohon mangrove.

“Melakukan penanaman jenis pohon mangrove di daerah rawan bencana abrasi pantai seperti di Suak Midai, untuk wilayah di Bunguran Barat sudah pernah dilakukan program penanaman sejuta mangrove yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat, namun untuk hidupnya tanaman mangrove itu tidak mudah dan perlu waktu bertahun-tahun,” ungkapnya.

Zulheppy juga menambahkan terjadinya bencana tanah longsor di Serasan beberapa bulan yang lalu sungguh diluar prediksi dan perkiraan, disebabkan meningkatnya curah hujan yang tinggi sehingga mengakibatkan adanya pergerakan tanah sehingga terjadinya longsor yang menelan banyak korban jiwa. Diungkapkannya bahwa pada tahun 1986 pernah terjadi tanah longsor di Serasan yang jauh jadi pemukiman penduduk sehingga tidak menimbulkan korban jiwa. Memang diakuinya curah hujan di awal Tahun 2023 kemarin sangat tinggi dan terparah sehingga menyebabkan terjadinya pergerakan tanah longsor.

Hal ini menjadi pertimbangan dan kewaspadaan bagi kita semua dalam menjaga lingkungan dan alam agar tetap bersahabat.

“Perlunya turut peran serta masyarakat dalam menjaga lingkungan dan waspada bagi yang bertempat tinggal di daerah rawan bencana, juga perlu adanya program penanaman pohon untuk daerah atau tempat yang rawan terjadi longsor”, ungkap Harmidi.

Diharapkan kepada masyarakat untuk tetap menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan waspada sebelum terjadi bencana. “Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita”.

“Diharapkan kepada masyarakat ketika memasuki musim utara atau cuaca ekstrem, apabila membutuhkan bantuan dapat menghubungi ke kontak darurat BPBD yaitu 0811-7090-117”, ungkap Zulheppy.

Editor : Jurnalis BPBD/Siti Maria, S.Psi